BIOPROSPEKSI KERUING GUNUNG (Dipterocarpus retusus Bl) SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN KONSERVASINYA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
DOI:
https://doi.org/10.36761/tambora.v8i1.3452Keywords:
Mountain ruing, vegetation analysis, phytochemicals, antibacterial test, keruing gunungAbstract
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mempunyai flora yang bernilai ekonomi tinggi yaitu keruing gunung (Dipterocarpus retusus Bl). Keruing gunung merupakan tumbuhan berhabitus pohon yang berasal dari famili Dipterocarpaceae. Masyarakat hutan TNGR belum memanfaatkan potensi tanaman tersebut kecuali sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Keruing gunung berpotensi sebagai obat. Oleh karena itu, keruing gunung perlu dilindungi dari kepunahan. Salah satu kriteria untuk menentukan prioritas perlindungan spesies adalah dengan menentukan struktur vegetasi keruing gunung. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu observasi di lapangan dan eksperimental di laboratrium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga Januari 2016 yang bertempat di hutan Desa Salut (SPTN 1 TNGR) untuk melakukan pengamatan populasi keruing gunung, serta analisis fitokimia dan uji antibakteri di Laboratorium Kimia Kayu, Laboratoium Kimia Analitik dan Laboratorium Mikrobiologi, IPB, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis vegetasi pada semai, anakan, tiang dan pohon, serta mengetahui ekstrak teraktif yang diuji sebagai antibakteri dan mengetahui kandungan golongan metabolit sekunder pada ekstrak teraktif. Parameter ekologi keruing gunung diamati dan diukur menggunakan satu plot berukuran 100 mx 100 m (1 ha) dengan 25 plot observasi. Masing-masing petak berbentuk persegi berukuran 20 mx 20 m. Berdasarkan pengamatan dan perhitungan, keruing gunung mempunyai bibit sebanyak 5.000 individu, anakan 3728 individu, pohon tiang 88 individu dan pohon tiang 60 individu. Sampel berupa kulit batang dan daun diekstraksi dengan tingkat kepolaran pelarut yang berbeda (etanol, etil asetat, n-heksana dan kloroform). Ekstrak kloroform daun dan ekstrak etil asetat kulit terbukti paling aktif menghambat bakteri Staphylococcus aureus. Kedua ekstrak yang paling aktif mempunyai daya hambat yaitu ekstrak kloroform 20 mm dan ekstrak etil asetat 20 mm. Kedua ekstrak ini mempunyai konsentrasi yang sama, yaitu 20.000 ppm
References
Ajizah A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhymurium terhadap daun jambu biji (Psidium guajava L.). Bioscientiae. 1(1): 8-31.
Branen AL, Davidson PM. 2009. Antimicrobial in Food. New York (ID): Marcel Dekker.
Direktorat PHKA. 2009. Statistik Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram (ID): BTNGR.
Ditjen PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). 1997. SK Dirjen PHPA No.44/KPTS/Dj-VI/1997 Tahun 1999 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Pembinaan Daerah Penyangga. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.
Gunawan, I.W.A. 2009. Potensi Buah Pare (Momordica Charantia L) sebagai Antibakteri Salmonella typhimurium. Denpasar: Progam Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung (ID): ITB Pr
Istomo, Siregar ZI. 2003. Program Pelestarian dan Pengembangan Pohon Asli bernilai tinggi Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume dan Dipterocarpus retusus Blume) di Jawa Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Juliantina, Farida R, dkk. (2008). Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai agen anti bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Kajita, T, Kamiya, K, Nakamura, K, Tachida, H, Wickneswari, R, Tsumura, Y, Yoshimaru, H,Yamazaki, T., 1998., Molecular phylogeny of Dipterocarpaceae in southeast Asiabased on nucleotide sequences matK, trnL intron, and trnL-trnF intergenic spacer region in chloroplast DNA. Molecular Phylogenetics and Evolution, 10 (2): 202–209.
Kintoko. 2006. Prospek Pengembangan Tanaman Obat. Yogyakarta: UGM Press.
Masduki I, 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran 109: 21-4
Muhtadi, E.H., Syah, Y.M., Juliawaty, L.D., Achmad, S.A,. Latip, J., Ghisalberti, E.L., 2006., Cytotoxic Resveratrol Oligomers from the Tree Bark of Dipterocarpus hasseltii, J Fitoterapia, 77(7-8):, 550–555.
Pelezar MJ, Chan ECS. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): UI Pr.
Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2003. Microbiology. New York (ID): Mc. Graw Hill Book Co.
Rahmawati, Hildayani .2016. Isolasi dan identifikasi metabolit sekunder dari fraksi etil asetat ekstrak metanol daun jambu biji Australia (Psidium guajava Linn) dan uji aktivitas antibakterinya terhadap Escherichia coli.[skripsi] repositori Universitas Negeri Malang
Rasyid. H.A, Marfuah, Wijayakusumah. H, Hendarsyah. D. 1991, Vademikum Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Salan RS.1999. Peluang dan Tantangan Etnobotani Masa Kini Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Persada Cipta.
Setyowati, W. A. E., S. R. D. Ariani., Ashadi., B. Mulyani dan C. P. Rahmawati. 2014. Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Metanol Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia UNS, Surakarta.
Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenta uniflora L.). (Skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Vilegs JH, De Marchi E, Lancag FM. 1997. Extraction of low polarity compounds from Milariaa giomerata leaves. J Phytochem Anal. 8: 266-270.
Published
Issue
Section
Copyright (c) 2024 Reza Ahmad Reza Jatnika, Abdul Azis

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.